Perang Padam Lewat Full Volume Musik
Ketika kata-kata sudah berhenti, mulailah dengan musik. Begitulah penyair Jerman, Heinrich Heine, menggambarkan kekuatan musik sebagai salah satu senjata pengubah dunia. Dan Heine tidak berlebihan. Ketika dunia ini dilanda perang, dan aksi protes tidak cukup membuat nafsu bertempur mereda, maka giliran musik untuk ikut berbicara. Begitu juga ketika imperialis Amerika Serikat menggunakan perang untuk membungkam Vietnam. Para musisi dunia bersuara dengan lagu-lagunya.
Sudah 3 hari ini saya buka medsos, tampilan kontennya berita mengenai perang. Karena saya anti perang, maka saya nggak mau bahas konflik negara yang sedang berperang. Perang itu harus dihentikan, selain ongkosnya super mahal, juga banyak nyawa yang melayang sia-sia. Dulu pernah terpikirkan dalam benak saya, apa perang itu salah satu untuk mengurangi penduduk. Rasanya sulit bagi saya untuk menerimanya, jika perang itu terjadi karena untuk sebuah kebenaran.
Dari dulu hingga kini, saya yakin musisi di semua negara menentang perang. Peristiwa Hiroshima-Nagasaki dibom Sekutu pada tahun 1945 menandakan berakhirnya Perang Dunia ke-2. Setelah itu, musik berkembang di era damai dengan melahirkan rock n roll. Dengan semangat rock n roll yang identik dengan anak muda dan perdamaian, harusnya semua pemimpin negara malu untuk berperang.
Lewat musik, perang harus dihentikan. Karena musik itu bahasa hati, musik itu tercipta dari hati manusia. Sudah saatnya musisi dari semua negara bersatu untuk mengkampanyekan anti perang. Saya yakin, semakin keras volume musik bergema di setiap negara, maka akan memadamkan api peperangan.
Salam No Music No Life!