‘War Tiket’ Bukan Perang Dunia, Hanya Propaganda Marketing!
“War tiket” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses persaingan kecepatan dalam membeli tiket konser yang terbatas jumlahnya. Biasanya, tiket-tiket tersebut sangat diminati oleh banyak orang. Dalam waktu singkat, tiket-tiket tersebut sudah habis terjual.
Istilah “war” dalam perburuan tiket konser musik atau pertandingan sepakbola, dapat diartikan berebut tiket secara online. Untuk konser-konser dan pertandingan tertentu, “war tiket” perlu dilakukan karena jumlah orang yang berburu tiket cukup besar.
Istilah “war tiket” jadi booming dan familiar di masyarakat Indonesia ketika tiket konser grup musik asal Inggris Coldplay mulai diperjualbelikan secara online. Selanjutnya ada pertandingan sepak bola antara Argetina melawan timnas Indonesia di GBK, Senayan, Jakarta.
Istilah “war tiket’ sukses dimainkan saat ini sebagai strategi alias bagian dari propaganda marketing. Sah-sah aja hal tersebut dimainkan dalam konteks bisnis. Karena dalam mempermainkan “war tiket”, juga diperluakan kejelian dalam mengelola sebuah isyu publik dengan melibatkan media massa.
Selagi masyarakat terprovokasi dengan isyu atau berita yang dimainkan lewat media massa termasuk media sosial, maka tiket akan laku keras dalam sekejap.
Itulah cerita tentang “war tiket” yang sedang hangat di Indonesia. Padahal, mudik atau pulang ke kampung halaman saat Lebaran juga diramaikan dengan“war tiket” untuk mendapatkan tiket pesawat, kereta, bus, dan travel. Mengapa hebohnya istilah “war tiket” baru sekarang?
Salam No Music No Life,
RK