Vanessa Goeslaw Kenangan Bersama Mendiang Papa
Senin, 12 Sep 2022 15:17 WIB
Vanessa Goeslaw tak pernah lupa dengan mendiang papa. Salah satu alasannya adalah karena sang papa pernah membuatkan satu album anak-anak buat Vanessa.
“Dulu pernah buat album anak-anak untuk diedarkan di Indonesia bagian timur,” tutur Vanessa Goeslaw kepada Noey Ayabie dalam podcast “#temenNAGASWARA” yang tayang di channel YouTube NAGASWARA RADIOTEMEN.
Sang papa memang mendukung Vanessa untuk terjun ke bidang seni tarik suara. Papanya juga pernah memberinya sebuah lagu perdana yang ia nyanyikan, yaitu berjudul “Daun Pisang”.
“Lagu pertama yang aku nyanyikan, dan dirilis di jaman dulu, di Indonesia bagian timur, ‘Daun Pisang’ bahasa Ambon,” terang Vanessa Goeslaw.
“Andai daun pisang bisa bikin sayang, beta mau jadi burung,” alun Vanes menyanyikan satu kalimat syairnya.
Tapi kemudian, lulus SMA, Vanessa sempat terjun ke dunia penerbangan, sebagai pramugari. Namun ia tetap tak dapat melupakan secara penuh tarikan jiwanya di dunia vokal.
Kalau bicara tentang dunia tarik suara, Vanessa memang sempat keserimpet di dunia penerbangan.
“Kalo lulus SMA, mau daftar kuliah dan bareng daftar jadi pramugari, 3 tahun jadi pramugari 2016, umur 17-18,” tutur penyanyi asli Ambon, mami berdarah Arab Ambon, papi Maluku Utara itu.
Vanessa Goeslaw sendiri mendapatkan warisan darah seni suara dari keluarga sang papa. Dari nyanyi juga, Vanessa mencukupi kebutuhan ekonomi sehari-hari dan menjadi tulang punggung keluarga.
Vanessa memutuskan untuk tidak kuliah dulu demi mencari nafkah sebagai pramugari. “Pemikiran aku sebagai anak kecil waktu itu, tujuan kuliah kan untuk kerja, kalau kuliah tambah nyusahin mami, makanya aku kerja,” ungkapnya.
Sejak sang papa meninggal di tahun 2008, Vanessa memang berusaha mencari uang sendiri. Untuk itu ia bertekad harus bekerja.
“Kalau nyanyi kan kadang diundang, kadang enggak, jadi penghasilan tidak menentu, jadi aku memutuskan untuk terjun jadi pramugari,” jelas cewek berusia 25 tahun itu.
Vanessa Goeslaw waktu kecil merasa manja, dan dekat kepada mendiang papa. “Waktu kecil aku belum mengerti kondisi orang tua, aku tuh banyak maunya, kalau punya keinginan harus ada hari itu juga,” tegasnya.
Setelah papa meninggal, Vanessa pindah ke rumah omah, yang kondisinya berbeda dengan rumah yang sebelumnya. Dari situlah ia belajar prihatin dan bijaksana.
“Pas papa sakit, mami jalan sama Vanes, mami bilang Vanes sekarang kalau mau apa-apa, harus dipikirin, tidak boleh manja banget, mau apa-apa kalau ngga dikasih ngambek, jadi sejak itu mandiri, dan lebih berfikir bijak,” tuturnya. [KimSadewa]